18 Mar 2015

URBAN LEGEND : BASEMENT ARE CLOSED

Aku melihat kearah tangga yang menuju ke ruang bawah tanah rumah. Dari atas, aku bisa melihat pintu ruang bawah tanah dengan jelas. Pintunya dipaku dengan papan menyilang. Ya, ditutup. Pintu itu ditutup karena banyaknya sekumpulan roh roh jahat yang menganggu seisi rumah. Menurut "orang pintar" yang pernah "memeriksa" rumah ini, roh roh jahat itu berasal dari ruang bawah tanah dan pintu ruang bawah tanah harus ditutup agar roh roh tersebut tidak naik keatas dan mengganggu seisi rumah.

Tapi sayangnya, aku terperangkap disini. Diatas. Didalam rumah. Dan tak bisa kembali lagi ke ruang bawah tanah yang nyaman untuk berkumpul bersama keluargaku dibawah sana.

URBAN LEGEND : YOU SHOULD CHECK OUT WHATS HAPPEN OUTSIDE!

Toktoktok!
Aku terbangun dari tidurku karena merasa terusik dengan suara yang sangat mengganggu itu. Aku melihat kearah jendela, tampak sesosok bayangan seperti pria yang berjalan di sekeliling jendela kamarku. Mataku melotot. Tubuhku membeku diatas kasur. Tak mampu bergerak.
Toktoktok!
Orang itu mengetuk seluruh jendela yang ada dirumahku. Ia sedang mengelilingi rumahku! Karena ketakutan, aku pun membangunkan suamiku yang sedang terlelap disampingku.

"Matt! Bangun! Ada seseorang dijendela! Bangun Matt!" aku megguncang tubuhnya. Dia menggeliat dan duduk disampingku sambil mengucek-ucek matanya. Bayangan itu masih bisa kulihat, dia mulai berjalan mengelilingi rumahku.

"Ada apa, hah?"

"Itu! Itu! Lihat! Ada orang diluar sana yang sedang mengintai kita, Matt!" bisikku sambil menunjuk kearah jendela. Matt berjalan menuju jendela yang kutunjuk dan menyingkap gorden yang menutupinya. Tidak ada apa apa disana. Matt menoleh ke kiri dan ke kanan, untuk melihat lihat sekitar jendela yang memang tidak ada apa-apa.

"Tidak ada apa-apa. Kau jangan mengada-ada. Ini sudah malam, tahu!" tukas Matt sedikit menggerutu.

"Tapi..tadi jelas jelas ada bayangan disana dan dia mengetuk-ngetuk jendela. Apa kau tidak mendengarnya?" kataku membela diri.

Toktoktok! Toktoktok!
"Dengar Matt! Suara ketukan dari sisi lain rumah! Kita harus mengeceknya! Ayo, Matt!"

Aku dan Matt keluar kamar. Matt sempat mengambil tongkat baseball sebagai alat untuk pertahanan diri, kalau kalau orang diluar sana berniat jahat kepada kami.

Kami sampai di ruang tengah. Matt menyalakan lampu di ruang tengah dan kami berjalan menuju asal suara ketukan tadi, ruang depan.
Toktoktok!
Bayangan pria itu kini tampak di jendela ruang depan. Dia terus menerus mengetuk jendela. Aku mulai merasa ada yang aneh disini. Jika ia ingin berniat jahat, mengapa harus mengetuk jendela segala? Bukankah itu membuatnya dapat tertangkap basah sedang berniat jahat? Akupun memberanikan diri melangkah menuju jendela dan menyingkap gordennya. Aku terkejut. Aku tak mempercayai apa yang kulihat. Seorang pria yang tak lain....

Suamiku. Itu Matt. Mengenakan setelan kemeja kerjanya.

"BETH! CEPAT KELUAR DARI RUMAH SAYANG! CEPAT! DIA BUKAN AKU! DIA SETAN! DIA MONSTER! CEPAT KELUAR SELAMATKAN DIRIMU!!!!!" dia berteriak sambil terus mengetuk, ah, tidak, sambil terus menggedor gedor jendela. Aku tak bergeming ditempatku sama sekali. Aku memberanikan diri memutarkan badan. Makhluk itu perlahan berubah dari bentuk manusia menuju bentuk monster yang mengerikan. Berjubah hitam, mukanya hancur, matanya hanya satu, bibirnya pun sangat tidak terlihat seperti bibir, taringnya mencuat keluar. Ia menyeringai.

URBAN LEGEND : MASK

Sore yang melelahkan. Aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku dan menyegarkan badan.
CKLEK! CKLEK! CKLEK!
Sial! Lampu kamar mandi mati! Sudah kutekan saklarnya berulang kali, tetap tidak mau menyala. Hari sudah hampir magrib, sebentar lagi gelap. Aku berinisiatif untuk mengambil lampu belajarku sebagi penerangan. Lampu belajarku cukup terang jika dipakai untuk penerangan.

Setelah masalah penerangan selesai, aku masuk ke kamar mandi dan menyalakan lampu belajarku. "AH!" pekikku kaget. Topeng itu! Erghhh....
Ya, asal kalian tahu, ayahku hobi mengoleksi topeng topeng menyeramkan. Dan hampir disetiap sudut rumah, selalu ada topeng topeng menyebalkan itu. Seperti di kamar mandi. Kamar mandi. Kurasa hanya kamar mandiku saja di dunia ini yang dipajangi topeng semacam itu. Ah sudahlah tidak penting. Aku mengarahkan sorot cahaya lampu belajarku ke arah atap kamar mandi. Aku pun mulai membersihkan diri.

Aku mandi sambil berdendang kecil. Segar sekali badanku rasanya. Tak sengaja, saat aku sedang keramas, sikutku menyenggol lampu belajarku dan sorot cahayanya pun kembali menyinari topeng itu. Aku mulai membilas rambutku. Aku membuka mata dan menengok kesamping. Wajah topeng menyeramkan itu. Wajahnya seperti berubah, lebih menyeramkan atau..ah! tidak jelas. Aku terus memperhatikan setiap detail wajahnya. Ada yang janggal menurutku. Aku memperhatikan dengan seksama. Sampai kutelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba...

"Hey! Jangan kau perhatikan saja wajahku ini! Cepat alihkan cahay itu kearah yang lain! SILAU!" bentak topeng itu. Oh my god! Topeng itu membentakku. Baru kusadari, wajah topeng itu berubah, menjadi tatapan kesilauan sekaligus tatapan sinis menyebalkan.

URBAN LEGEND : MY BROTHER PLAYING DOLL? IMPOSSIBLE!

Hahaha...
Suara tawa ditengah malam itu membangunkanku. Suaranya seperti suara adik laki-laki kecilku yang berumur 3,5 tahun. Malam-malam begini dia masih terjaga? Aneh. Aku harus mengeceknya. Karena ayah dan ibuku malam ini sedang menginap di rumah nenekku dikarenakan nenekku sakit keras disana. Aku harus menjaga rumah serta adikku juga. Maka dari itu aku harus mengeceknya!

Krieekk..
Aku membuka pintu kamarnya. Terlihat dirinya sedang duduk di lantai sambil bermain boneka dengan diterangi oleh cahaya rembulan malam itu yang merembes masuk ke kamarnya. Tunggu sebentar. Boneka? Apa aku tidak salah lihat? Adikku sangat membenci boneka! Aku pun menghampirinya.

"Ray, kau belum tidur?"

"Belum. Aku belum mengantuk"

"Sebaiknya kau tidur, Ray. Ini sudah larut malam. Sudah waktunya anak kecil sepertimu tidur jam segini" nasihatku lembut sambil membelai rambutnya. Rambutnya sedikit kasar.

"Aku bilang aku belum mengantuk"

"Oke, tapi apa itu yang kau mainkan? Boneka? Bukankah kau bilang boneka itu mainan anak perempuan? Dan kau juga sangat membenci boneka?"

"Yeah, Ray memang membenci boneka. Tapi aku sangat suka bermain boneka!"

Adik kecilku menoleh. Bukan, lebih tepatnya anak kecil tersebut. Ia menoleh. Menyeringai kearahku. Menunjukkan giginya yang tajam dan kuning. Serta menampakkan wajahnya yang menyeramkan. Terdapat sebuah goresan di dahinya dan sebuah luka jahit di telinga kanannya. Bola matanya besar sebelah dan kulit kepala di bagian depannya terkulai lemas ke dahinya yang tergores.

Di hadapannya terdapat boneka anak laki laki yang kepalanya copot. Terlihat seperti mayat anak kecil menurutku. Hey, ada apa itu di hidungnya. Tahi lalat. Oh god! Itu memang mayat! Mayat adikku yang dijadikan boneka.

"Ehehe...kurasa aku sudah bosan bermain dengan boneka kecil ini. Aku ingin mempunyai boneka besar. Sepertinya mengasyikkan, ya?" kekehnya sambil mengacungkan sebuah pisau dihadapanku.

"HAHAHAHA...siapa lagi selanjutnya? Kau? Atau kalian?"

URBAN LEGEND : WHO IS CRY?

DARR! DARR!
Petir menyambar dengan ganas diluar. Sebenarnya hari ini masih siang menuju sore, tapi karena hujan lebat dan petir sialan ini, makanya suasana menjadi gelap dan sedikit menakutkan. Aku hanya tinggal berdua sekarang, bersama kakak perempuanku. Aku sedang berada di ruang televisi sekarang, sedangkan kakakku berada dikamar, asyik menelepon kekasihnya. Dasar kurang kerjaan!

Tapi tiba tiba petir kembali menyambar dan seketika televisi mati! Ah! Aku terperanjat. "Dasar petir keparat kau!". Aku melempar remote tv ke karpet. Tak lama kemudian kakakku keluar kamar dengan tiba tiba sambil menyahut, "Kenapaaaa???". Aku sedikit mendongakkan kepalaku. Dia menghampiriku. "Kenapa?" tanyanya bingung. Akupun ikut bingung. "Tidak apa apa. Memangnya kenapa?" aku balik bertanya. "Aku mendengar suara tangisan seperti ini 'huuu..huu..', aku kira itu kau" Aku terpaku. "Aku tidak menangis!" kataku sambil menggeleng dengan tegas. Aku mulai ketakutan. Apa rumah ini berhantu? CTAR!! CTAR!! Sial! Kenapa petir itu harus muncul saat aku ketakutan seperti ini sih?!

Huu..huu..
Aku dan kakakku menoleh kearah televisi. Benda itu menyala kembali. "Ahaha..dari televisi ternyata!" kata kakakku sambil tertawa. Dia pun bangkit dan berjalan kembali menuju kamar. Aku terpaku menatap televisi. Televisi itu hanya menampilkan layar statis yg berwarna putih. Sementara itu suara tangisan masih terdengar. Jelas sekali. Seperti dia bersuara ditelingaku. Ah bukan. Seperti dia bersuara dibelakangku. Aku menoleh. CTARR! Kilat menyinari wajah tersebut. Wajah sesosok makhluk menyeramkan. Matanya berwarna hitam seluruhnya. Air mata mengalir di pipinya. Air mata tersebut juga berwarna hitam. Dan mulutnya bergerak kaku menyeramkan menimbulkan suara 'Huuu...huuuu...'
"Ini lolongan. Bukan tangisan" ucapnya dengan suara serak dan berat.

13 Mar 2015

New school new student and new friends!

Hello! 
Udh lama banget ga buka buka blog, sampe berdebu gini #elapelaplayar haha, galah~ masih bersih ko layarnya #lahmabok #skip oke oke, sekarang gue mau cerita tentang...

GUE PINDAH SEKOLAH! 

Apa, amoy pindah sekolah? Kemana? Kenapa pindah sekolah? Gimana rasanya pindah sekolah? Temennya seru-seru ga? Trs sekolah barunya kayak gimana? Gue akan ceritakan satu persatu gimana pengalaman gue pindah sekolah.

Dimulai hari rabu entah tanggal berapa, w lupa. Gue dateng ke sekolah baru gue (SMPN 13 Tangerang) dianter sama ayah. Pake baju pramuka. Bawa tas. Dan naik motor. Akhirnya sekitar jam 6.45 lah, kita berangkat dan smpe sana kira kira jam 7an. Pas smpe sekolah, kita masuk ke sebuah ruangan yang diatasnya ada papan nama "R. Kurikulum". Kita nunggu kira kira 15 menitan disana. Dan selama nunggu, gue ngeliat siswa siswi mulai turun dari kelas ke lapangan. Pada baris rapi. Sempet mikir "Ini upacara? Kok rabu ada upacara, sih?" setelah nunggu selama 15 menit, ada guru dateng klo gasalah namanya pak bagyo dia ngobrol2 sama ayah gue sebentar dan pak bagyo sempet bilang juga gini "Nah, setiap hari kita apel pagi ya" Ooh..itu apel pagi. Di sekolah lama gue sih gada kayak gitu2an, boro boro apel pagi, gue aja masuk siang!-_-akhirnya, gaklama kemudian gue dianter guru lain menuju kelas baru. 7G. Smpe di kelas beberapa murid yg udh msk ke kelas pd ngeliatin gue. Guru yg nganter gue bilang ke wakil ketua kelas kalo ada murid baru dan suruh cariin tempat duduk yang kosong, dan gue pun diberi tempat duduk di baris kedua dari kanan dan diurutan nomor dua. 

Semua murid udh ada di kelas. Mereka pada liatin gue begitu mrk masuk. Wakil ketua kelas yang bernama Salsa itupun memanggil salah satu teman akrabnya yg biasa dipanggil Mancung dan ngasih tau klo ada murid baru. Krna belom ada guru yg masuk, mrk pada ngerumun di meja gue. Rame bangedh! 
"Halo, namanya siapa?"
"Pindahan darimana?"
Itu pertanyaan yang amat sangat mainstream. Hampir setiap murid nanyain. Ampe cape gua jawabnya-_-hft! Selain itu ada juga yg muji gue:3
"Ih cantik"
"Bulu matanya bagus"
Aduh jadi malu kan tuh #prett pokonya kelas jadi rame deh. Kayanya smpe sini dulu deh ceritanya, tangan gue pegel, soalnya nulisnya di hape.ehehe.bakal ada part selanjutnya kok inshaAllah:) maaf ye kalo endingnya gantung, abis pegel jari w. Bhaybhay!

9 Jan 2015

Milo Gosok

Kalian semua tau milo gosok? Mungkin aneh ya namanya. M-I-L-O G-O-S-O-K. Ya, aneh emang. 
Milo gosok itu semacam...apaya? Minuman bukaaan, makanan bukan. Semacam cemilan yg dapat mengganjal perut anda di jam keriting #terpengaruhiklan #adaygtauiklanapa? 
Eh tapi bener loh! Makan milo gosok aja satu, kenyang deh! Gue udh buktiin! Karna, makan milo gosok sama aja kayak lo nyemilin 1 milo sachet bubuk, cuma bedanya, milo gosok itu keras, kayak apaya? Kerasnya kayaaaaak...ini deh, coklat silverqueen #kenapaharussilverqueensih?! #laperkanygbaca. Kerasnya kayak silverqueen lo taro di freezer selama tiga hari. Keras bgt kan? Sebenernya ini ga keras keras bgt sih, cumaaaa..gimana ya, susah deh dijelasin dgn kata2 #asoyyyy

Eh btw, lo tau knpa dinamain milo gosok? Ada sejarahnya nih. Konon, ada seorang anak perempuan unyu nan cantik jelita yg dibelikan ibunya serenceng milo sachet. Anak tersebut bingung mau diapakan milo tersebut. Ia kepengen bgt milo pemberian ibunya itu sama dia dikreasikan sehingga menjadi santapan yg nikmat, tapi dia sedang tdk pnya ide apa apa. Namun tbtb, sesuatu melintas dibenaknya(bukan mobil yg melintas ya, tong #jayusabis), dia pernah melihat tetangganya sedang menjilati sesuatu berbentuk lempengan warna coklat pekat. Dan lempengan tersebut ternyata sebuah susu milo yg keras, dia penasaran dan mulai mendekati tetangganya tersebut, tpi tdk menanyakan cara pembuatannya. Anak tersebut menginginkan milo seperti pnya tetangganya itu. Dia pun bertanya kepada sang kakak laki2nya. Dan ternyata, kakaknya mengetahui proses pembuatan milo tersebut, tapi dia tdk mau memberitahu sang adik. Sang adik pun kecewa dan memohon kepada kakaknya utk memberi tahu resepnya, sang kakak tetap tdk memberitahu. Akhirnya sang adik pun membayar Rp2.500 utk resep milo tersebut. Kakaknya setuju dan memberitahu resepnya. Ini dia resepnya!

Resep Milo Gosok
Bahan-bahan:
-1 milo sachet bubuk
-Setrika/gosokan
-Jarum pentul

Cara membuat:
Tusuk tusuk milo sachet dengan jarum, tpi jgn banyak2 yaa. Kemudian panaskan setrika  sampai benar2 panas. Lalu, setrika milo yg sdh ditusuk tusuk dengan setrikaan. Plastiknya ga bakal menciut/meleleh kok:) setrika milo sampai benar2 keras. Untuk memastikan apakah milo sdh keras atau belum, anda bisa mengetuk2nya dengan jari anda. 
Jika milo sudah benar2 keras, masukan ke freezer sampai dingin.

Nah lo tau kan skrg knpa ntu cemilan dinamain "milo gosok"? Ya karena proses pembuatannya dgn cara digosok/disetrika:)